Kamis, 29 Desember 2016

DIAM ITU EMAS



Peribahasa diam itu emas tidak hanya dikenal dinegara Indonesia atau Inggirs. Tanpa disadari darimana asal muasal peribahasa tersebut yang jelas makna yang ditujunya itu sejalan dnegan tuntunan agama. Karena petunjuk agama yang mendorong supaya sebagai umat yang mukmin selalu menimbangkan apa yang diucapkan sesuai dengan perintah Allah “Tidak ada suatu yang diucapkan seseorang melainkan ada didekatnya pengawas yang selalu hadir” QS Kaf 18.
Pembicaraan dalam bahasa Al-quran dimaknai kalam dari akar katanya yang sama dibentuk pula kata yang berarti luka supaya menjadikan peringatan bahwa kalam juga dapat melukai. Disebabkannya luka yang diakibatkan oleh lidah seseorang bisa lebih parah daripada yang diakibatkan oleh pisau. Maka kita hendaknya menjaga lisan kita selama didunia untuk selalu berhati-hati, memikirkan dan merenungkan apa yang akan kita ucapkan. Untuk apa diri kita menawan akan tetapi apa yang kita ucapkan saja akan menjadikan tawanan. Terkadang juga dalam suatu pembicaraan yang sepintas berkaitan dnegan agama yang tidak merestui. Ketika pertanyaan apakah kamu berpuasa? Menjawab iya maka jawaban itu riya dan pamrih. Apabila menjawab tidak sedangkan diri kita berpuasa kita telah berbohong. Maka dari itu diam tidak menjawab dapat dinilai angkuh dan bila menjawab secara diplomatis maka paling tidak dipaksa untuk memeras keringat pikiran gunanya untuk menyusun redaksi yang sangat tepat.
Jadi dalam tuntunan agama saja jangankan berbicara dalam bentuk menguraikan pendapat berbicara dalam bentuk bertanya sekalipun diingatkan supaya tida sembarangan “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu menanyakan hal-hal yang jika diterangkan kepada kamu maka hal itu akan menyusahkanmu” QS Al Maidah 101. Maka dari itu dalam uraian agama yang sewajarnya tidak perlu diucapkan sebagaimana tidak sedikit pembicaraan dan pertanyaan yang sewajarnya tidak atau belum perlu untuk diajukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar