1)
Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai
diperkirakan terletak di daerah Muarakaman di tepi sungai Mahakam, Kalimantan
Timur. Sungai Mahakam merupakan sungai yang cukup besar dan memiliki beberapa
anak sungai. Daerah disekitar tempat pertemuan antara Sungai Mahakam dengan
anak sungainya diperkirakan merupakan letak Muarakaman dahulu. Sungai Mahakam
dapat dilayari dari pantai sampai masuk ke Muarakaman sehingga baik untuk
perdagangan. Untuk memahami perkembangan Kerajaan Kutai harus memerlukan sumber
sejarah yang dapat menjelaskannya. Sumber sejarah Kutai yang utama adalah
prasasti yang disebut yupa yaitu berupa batu bertulis. Yupa juga sebagai tugu peringatan dari
upacara kurban. Yupa ini dikeluarkan
pada masa pemerintahan raja Mulawarman. Prasasti yupa ditulis dengan huruf pallawa
dan bahasa sanskerta. Dalam
prasasti juga disebut nama kakek Mulawarman yang bernama Kudungga. Kudungga
berarti penguasa lokal dan yang setelah terkena pengaruh Hindu-Buddha daerah
tersebut berubah menjadi kerajaan. Namanya tetap Kudungga berbeda dengan nama
putranya yang bernama Aswawarman dan cucunya yang bernama Mulawarman. Oleh
karena itu yang terkenal sebagai warnsakerta
adalah Aswawarman.
Raja Aswawarman
dikatakan seperti Dewa Ansuman (Dewa Matahari). Aswawarman mempunyai tiga anak
tetapi yang terkenal adalah Mulawarman. Raja Mulawarman dikatakan sebagai raja
yang terbesar di Kutai. Pemeluk agama Hindu-Siwa yang setia tempat sucinya
dinamakan Waprakeswara dikenal
sebagai raja yang sangat dekat dengan kaum brahmana dan rakyat. Raja Mulawarman
sangat dermawan. Pada masa pemerintahannya Mulawarman, Kutai mengalami zaman
keemasan. Keidupan ekonominya pun mengalami perkembangan. Kutai terletak di
tepi sungai, sehingga masyarakatnya melakukan pertanian. Selain itu mereka
banyak melakukan perdagangan bahkan diperkirakan sudah terjadi hubungan dagang
dengan luar jalur perdagangan internasional dari India melewati Selat Makassar
terus ke Filipina dan sampai d Cina. Dalam pelayarannya kemungkinan para
pedagang singgah terlebih dahulu di Kutai dengan demikian Kutai semkain ramai
dan rakyat hidup makmur.
2)
Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara
mulai berkembang pada abad ke-5 M. Punawarman adalah raja terkenal dari
Tarumanegar dikenal sebagai raja yang gagah berani dan tegas dan juga dekat
dengan para brahmana, pangeran dan rakyat. Raja yang jujur, adil dan arif di
dalam memerintah daerahnya cukup luas sampai ke daerah Banten. Kerajaan
Tarumanegara telah menjalin hubungan dengan kerajaan lain misalnya dengan Cina.
Dalam kehidupan agama sebagian besar masyarakat Tarumanegara memeluk agama
Hindu sedikit yang beragama Buddha dan masih ada yang mempertahankan agama
nenek moyang (animism). Rakyat Tarumanegara hidup aman dan tenteram pertanian
merupakan mata pencaharian pokok di samping itu perdagangan juga berkembang
Kerajaan Tarumanegara mengadakan hubungan dagang dengan Cina dan India.
Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan letak pusat Kerajaan Tarumanegara
diperkirakan diantara Sungai Citarum dan Cisadane. Kata trauma mungkin berkaitan dengan kata tarum yang artinya nila. Kata tarum
dipakai sebagai nama sebuah sungai di Jawa Barat yaitu sungai Citarum. Dan
berdasarkan prasasti Tugu, Pubacaraka memperkirakan pusatnya ada di daerah
Bekasi.
3)
Kerajaan Kalingga
Ratu Sima adalah
penguasa di Kerajaan Kalingga yang digambarkan sebagai seorang pemimpin wanita
yang tegas dan taat terhadap peraturan yang berlaku dalam kerajaan. Kerajaan Kalingga atau Holing
diperkirakan terletak di Jawa bagian tengah Nama Kalingga berasal Kalinga nama
sebuah kerajaan di India Selatan. Ratu Sima memerintah sekitar tahun 674 M.
Dikenal sebagai raja yang tegas, jujur dan sangat bijaksana. Untuk mencoba
kejujuran rakyatnya Ratu Sima pernah mencobanya dengan meletakan pundi-pundi di
tengah jalan. Akan tetapi pada suatu hari ada anggota keluarga istana yang
sedang jalan-jalan menyentuh kantong pundi-pundi dengan kakinya hal ini
diketahui oleh Ratu Sima.
Agama yang utama dianut
oleh penduduk Kalingga pada umumnya Buddha agama Buddha yang berkembang pesat
bahkan pendeta Cina yang bernama Hwi-ning datang di Kaling tinggal selama tiga
tahun. Selama di Kalingga menerjemahkan kitab suci agama Buddha Hinayana ke
dalam bahasa Cina. Dalam usaha menerjemahkan kitab itu dibantu oleh seorang
pendeta bernama Jnanabadra. Kepemimpinan raja yang adil menjadikan rakyat hidup
teratur, aman dan tenteram. Mata pencaharian penduduk pada umumnya adalah
bertani, karena wilayah Kalingga subur untuk pertanian lalu penduduknya juga
melakukan perdagangan. Kerajaan Kalingga mengalami kemunduran akibat serangan
Sriwijaya yang menguasai perdagangan.
4)
Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya
mulai berkembang pada abad ke-7 pada awal perkembangannya rajanya disebut dengan
Dapunta Hyang. Dalam prasasti kedudukan Bukit dan Talang Tuo telah ditulis
sebutan Dapunta Hyang. Pada abad ke-7 Dapunta Hyang banyak melakukan usaha
perluasan daerah. Sriwijaya terus melakukan perluasan daerah sehingga Sriwijaya
menjadi kerajaan yang besar untuk lebih memperkuat pertahanannya pada tahun 775
M dibangunlah sebuah pangkalan di daerah Ligor. Pada saat itu yang menjadi raja
yaitu Darmasetra. Raja yang terkenal dari Kerajaan Sriwijaya adalah
Balaputradewa pada masa pemerintahannya Sriwijaya berkemabang pesat dan
mencapai zaman keemasan. Balaputradewa adalah keturunan dari Dinasti Syailendra
yaitu putra dari Raja Samaratungga dengan Dewi Tara dari Sriwijaya Balaputra
seorang raja yang besar di Sriwijaya. Raja Balaputra menjalin hubungan erat
dengan kerajaan Benggala yang saat itu diperintah oleh Raja Dewapala Dewa.
Pada masa kejayaannya
wilayah kekuasaan Sriwijaya cukup luas daerah-daerah kekuasaannya antara lain
Sumatera dan pulau-pulau sekitar Jawa bagian barat sebagian Jawa bagian tengah,
sebagian Kalimantan, Semenanjung Melayu, dan hampir seluruh perairan Nusantara.
Kehidupan beragama di Sriwijaya sangat semarak. Bahkan Sriwijaya menjadi pusat
agama Buddha Mahayana diseluruh wilayah Asia Tengggara. Dalam kaitannya dengan
perkembangan agama dan kebudayaan Buddha di Sriwijaya ditemukan beberapa
peninggalan misalnya Candi Muara Takus dekat Sungai Kampar di daerah Riau
kemudian di daerah Bukit Siguntang ditemukan arca Buddha pada tahun 1006
Sriwijaya juga telah membangun wihara sebagai tempat suci agama Buddha di
Nagipattana India Selatan hubungan Sriwijaya dengan India Selatan waktu itu
sangat erat hubungannya. Bangunan lain yang sangat penting adalah Biaro Bahal
yang ada di Padang Lawas Tapanuli Selatan ditempat ini terdapat bangunan
wihara.
5)
Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno
daerahnya bertambah luas kehidupan agama
berkembang pesat tahun 856 Rakai
Pikatan turun takhta dan digantikan oleh Kayuwangi atau Dyah Lokapala menganai
letak dan pusat Kerajaan Mataram Kuno tepatnya belum dapat dipastikan.
6)
Kerajaan Kediri
Tahun 1117 M Barmeswara
tampil sebagai Raja Kediri Prasasti yan ditemukan antara lain prasasti Padlegan
dan Penumbangan (1120 M) yang isinya penting tentang pemberian status perdikan untuk di beberapa desa.
Kehidupan Kerajaan Kediri menjadi teratur rakyat yang hidup makmur mata pencahariannya
yang penting adalah pertanian dengan hasil utamanya padi. Dibidang kebudayaan
yang menonjol adalah perkembangan seni sastra dan pertunjukan wayang di Kediri
dikenal adanya wayang panji. Beberapa
karya sastra yang terkenal yaitu: Kitab Baratayuda, Kitab Kresnayana, Kitab
Smaradahana, Kitab Lubdaka. Raja yang terakhir dari Kerajaan Kediri adalah Kertajaya
atau Dandang Gendis pada masa pemerintahannya terjadi pertentangan antara raja
dan para pendeta atau kaum brahmana karena kertajaya berlaku sombong dan berani
melanggar adat.
7)
Kerajaan Singhasari
Raja-raja yang memerintah Singhasari
Ø Ken Arok (1222-1227 M) Ken Arok tampil
sebagai raja pertama sebagai raja bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi Ken
Arok memerintahkan selama lima tahun.
Ø Anusapati tahun 1227 M naik takhta
Kerajaan Singhasari memerintah selama 21 tahun akan tetapi belum banyak berbuat
untuk pembangunan kerajaan.
Ø Tohjoyo (1248 M) Naik takhta masa
pemerintahannya sangat singkat
Ø Ronggowuni (1248-1268 M) Naik takhta
Kerajaan Singhasari tahun 1248 M bergelar Sri
Jaya Wisnuwardana.
Ø Kartanegara (1268-1292 M) Naik takhta
bergelar Sri Maharajadiraja Sri Kartanegara merupakan raja yang paling terkenal
di Singhasari.
8)
Kerajaan Majapahit
Pada masa Hayam Wuruk
majapahit berada di puncak kejayaan Hayam Wuruk disebut juga Rajasanegara yang
memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Kehidupan beragama di
Majapahit berkembang semarak berkat kepemimpinan Hayam Wuruk dan Gajah Mada,
kehidupan politik, dan stabilitas nasional Majapahit terjamin Majapaht juga
menjalin hubungan dengan Negara-negara atau kerajaan lain. Kemajuan peradaban
Majapahit tidak hilang dengan runtuhnya kerajaan pencapaian it uterus dipertahankan
hingga masa perkembangan Islam di Jawa.
9)
Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Dinasti
Warmadewa di Bali
Nama kerajaan Buleleng
semakin terkenal terutama setelah zaman penjajahan Belanda di Bali pada saat
itu pernah terjadi perang rakyat Buleleng melawan Belanda. Pada masa
perkembangan Kerajaan Dinasti Warmadewa Buleleng diperkirakan menjadi salah
satu daerah kekuasaan Dinasti Warmadewa. Sistem perdagangan ada yang
menggunakan sistem barter ada yang sudah menggunakan dengan alat tukar (uang) misalnya
ma, su dan piling. Dengan perkembangan perdagangan laut antar pulau di zaman
kuno secara ekonomis Buleleng memiliki peranan yang penting bagi perkembangan
kerajaan-kerajaan di Bali misalnya pada masa Kerajaan Dinasti Warmadewa.
Sumber: Dadang Supardan. Sejarah Indonesia
Sumber: Dadang Supardan. Sejarah Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar