Kamis, 01 Desember 2016

DEFINISI EMOSI KEMANDIRIAN DAN PENYESUAIAN DIRI



EMOSI
Banyak definisi mengenai emosi yang dikemukakan oleh para ahli karena memang istilah emosi ini menurut Daniel Goleman (1995) yang merupakan pakar “kecerdasan emosional” makna yang tepat masih sangat membingungkan baik dikalangan para ahli psikologis maupun ahli filsafat. Karena sedemikian membingungkannya makna emosi itu maka Daniel Goleman (1995) dalam mendefinisikan emosi merujuk kepada makna yang paling harfiah yang diambil dari “Oxford English Dictionary” yang memaknai emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Lebih lanjut Daniel Goleman (1995) mengatakan bahwa emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecendrungan untuk bertindak. Menurut Daniel Goleman (1995) sesungguhnya ada ratusan emosi dengan berbagai variasi, campuran, mutasi dan nuansanya sehingga makna yang dikandungnya lebih banyak, lebih kompleks, dan lebih halus daripada kata dan definisi yang digunakan untuk menjelaskan emosi.
Dengan demikian emosi adalah suatu respons terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus. Respons demikian terjadi baik terhadap perangsang-perangsang eksternal maupun internal. Dengan definisi ini semakin jelas perbedaan antara emosi dengan perasaan, bhakan disisni tampak jelas bahwa perasaan termasuk ke dalam emosi atau menjadi bagian dari emosi.
KEMANDIRIAN
Kata kemandirian berasal dari kata dasar “diri” yang mendapatkan awalan “ke” dan akhiran “an” yang kemudian membentuk suatu kata keadaan atau kata benda. Karena kemandirian berasal dari kata dasar “diri” maka pembahasan mengenai perkembangan “diri” itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan istilah “self” karena “diri” itu merupakan inti dari kemandirian. Kalau menelusuri berbagai literatur sesungguhnya banyak sekali istilah yang berkenaan dengan “diri” ini. Perkembangan kemandirian adalah proses yang menyangkut unsur-unsur normative. Ini mengandung makna bahwa kemandirian merupakan suatu proses yang terarah. Kemandirian yang sehat adalah yang sesuai dengan hakikat manusia yang paling dasar. Perilaku mandiri adalah perilaku memlihara hakikat eksistensi diri. Oleh sebab itu, kemandirian bukanlah hasil dari proses internalisasi aturan otoritas melainkan suatu proses perkembangan diri sesuai dengan hakikat eksistensi manusia. Karena perkembangan kemandirian sejalan dengan hakikat eksistensial manusia, maka arah perekembangan tersebut harus sejalan dengan dan berlandaskan pada tujuan hidup manusia. Pada hakikatnya manusia ketika lahir ke dunia berada dalam ketidak tahuan tentang diri dan dunianya. Dalam kondisi seperti itu individu menyatu dengan dunianya dalam pengertian belum memahami hubungan subjek dengan objek.
PENYESUAIAN DIRI
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah “adjustment” atau “personal adjustment”. Penyesuaian diri dibagi tiga sudut pandang:
1.      Penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation)
Penyesuaian diri diartikan sama dengan usaha mempertahankan diri maka hanya selaras dengan keadaan fisik saja melainkan penyesuaian dalam arti psikologis. Maka dari itu kompleksitas kepribadian individu serta adanya hubungan kepribadian individu dengan lingkungan menjadi terabaikan. Dalam penyesuaian diri sesungguhnya tidak sekedar penyesuaian fisik melainkan yang lebih kompleks dan lebih penting lagi adalah adanya keunikan dan keberbedaan kepribadian individu dalam hubungan dengan lingkungan.
2.      Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity)
Individu seakan-akan mendapat tekanan untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku baik secara moral, sosial maupun emosional. Sudut pandang ini individu harus diarahkan kepada tuntutan konformitas dan terancam akan tertolak dengan perilakunya tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
3.      Penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery)
Kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan dan frustasi tidak terjadi. Dengan kata lain diartikan sebagai kemampuan penguasaan dalam mengembnagkan diri sehingga dorongan-dorongan, emosi dan kebiasaaan menjadi terkendali dan terarah. Juga bererti penguasaan dalam memiliki kekuatan-kekuatan terhadap lingkungan menyesuaikan diri dengan realitas dalam cara-cara yang baik, akurat, sehat, mampu bekerja sama dengan orang lain secara efektif dan efisien mampu untuk memanipulasi faktor lingkungan sehingga penyesuaian diri dapat berlangsung dengan baik.

Sumber: Prof. Dr. H. Mohammad Asrori, M.Pd. Psikologi Pembelajaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar