EMOSI
Banyak definisi
mengenai emosi yang dikemukakan oleh para ahli karena memang istilah emosi ini
menurut Daniel Goleman (1995) yang merupakan pakar “kecerdasan emosional” makna yang tepat masih sangat membingungkan
baik dikalangan para ahli psikologis maupun ahli filsafat. Karena sedemikian
membingungkannya makna emosi itu maka Daniel Goleman (1995) dalam
mendefinisikan emosi merujuk kepada makna yang paling harfiah yang diambil dari “Oxford English Dictionary” yang
memaknai emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu
setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Lebih lanjut Daniel Goleman
(1995) mengatakan bahwa emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran
yang khas suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecendrungan
untuk bertindak. Menurut Daniel Goleman (1995) sesungguhnya ada ratusan emosi
dengan berbagai variasi, campuran, mutasi dan nuansanya sehingga makna yang
dikandungnya lebih banyak, lebih kompleks, dan lebih halus daripada kata dan
definisi yang digunakan untuk menjelaskan emosi.
Dengan demikian emosi
adalah suatu respons terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan
disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus.
Respons demikian terjadi baik terhadap perangsang-perangsang eksternal maupun
internal. Dengan definisi ini semakin jelas perbedaan antara emosi dengan
perasaan, bhakan disisni tampak jelas bahwa perasaan termasuk ke dalam emosi
atau menjadi bagian dari emosi.
KEMANDIRIAN
Kata kemandirian
berasal dari kata dasar “diri” yang mendapatkan awalan “ke” dan akhiran “an”
yang kemudian membentuk suatu kata keadaan atau kata benda. Karena kemandirian
berasal dari kata dasar “diri” maka pembahasan mengenai perkembangan “diri” itu
sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan istilah “self” karena
“diri” itu merupakan inti dari kemandirian. Kalau menelusuri berbagai literatur
sesungguhnya banyak sekali istilah yang berkenaan dengan “diri” ini.
Perkembangan kemandirian adalah proses yang menyangkut unsur-unsur normative.
Ini mengandung makna bahwa kemandirian merupakan suatu proses yang terarah. Kemandirian
yang sehat adalah yang sesuai dengan hakikat manusia yang paling dasar.
Perilaku mandiri adalah perilaku memlihara hakikat eksistensi diri. Oleh sebab
itu, kemandirian bukanlah hasil dari proses internalisasi aturan otoritas
melainkan suatu proses perkembangan diri sesuai dengan hakikat eksistensi
manusia. Karena perkembangan kemandirian sejalan dengan hakikat eksistensial
manusia, maka arah perekembangan tersebut harus sejalan dengan dan berlandaskan
pada tujuan hidup manusia. Pada hakikatnya manusia ketika lahir ke dunia berada
dalam ketidak tahuan tentang diri dan dunianya. Dalam kondisi seperti itu
individu menyatu dengan dunianya dalam pengertian belum memahami hubungan
subjek dengan objek.
PENYESUAIAN DIRI
Penyesuaian diri dalam
bahasa aslinya dikenal dengan istilah “adjustment” atau “personal adjustment”.
Penyesuaian diri dibagi tiga sudut pandang:
1. Penyesuaian
diri sebagai adaptasi (adaptation)
Penyesuaian diri
diartikan sama dengan usaha mempertahankan diri maka hanya selaras dengan
keadaan fisik saja melainkan penyesuaian dalam arti psikologis. Maka dari itu
kompleksitas kepribadian individu serta adanya hubungan kepribadian individu
dengan lingkungan menjadi terabaikan. Dalam penyesuaian diri sesungguhnya tidak
sekedar penyesuaian fisik melainkan yang lebih kompleks dan lebih penting lagi
adalah adanya keunikan dan keberbedaan kepribadian individu dalam hubungan
dengan lingkungan.
2. Penyesuaian
diri sebagai bentuk konformitas (conformity)
Individu seakan-akan mendapat
tekanan untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku
baik secara moral, sosial maupun emosional. Sudut pandang ini individu harus
diarahkan kepada tuntutan konformitas dan terancam akan tertolak dengan
perilakunya tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
3. Penyesuaian
diri sebagai usaha penguasaan (mastery)
Kemampuan untuk
merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga
konflik-konflik, kesulitan dan frustasi tidak terjadi. Dengan kata lain
diartikan sebagai kemampuan penguasaan dalam mengembnagkan diri sehingga
dorongan-dorongan, emosi dan kebiasaaan menjadi terkendali dan terarah. Juga
bererti penguasaan dalam memiliki kekuatan-kekuatan terhadap lingkungan
menyesuaikan diri dengan realitas dalam cara-cara yang baik, akurat, sehat,
mampu bekerja sama dengan orang lain secara efektif dan efisien mampu untuk
memanipulasi faktor lingkungan sehingga penyesuaian diri dapat berlangsung
dengan baik.
Sumber: Prof. Dr. H. Mohammad Asrori, M.Pd. Psikologi Pembelajaran
Sumber: Prof. Dr. H. Mohammad Asrori, M.Pd. Psikologi Pembelajaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar