Sabtu, 24 Desember 2016

WAJAH NEGERI DI BALIK SANG PEMIMPIN



Sejak awal kemerdekaan telah tampil enam orang tokoh sebagai pemimpin nasional di Negeri tercinta ini Indonesia. Masing-masing dengan latar belakang politik dan visinya diantara keberhasilan dan kegagalan mereka wajah Negeri ini juga dipengaruhi oleh kepemimpinan mereka diantaranya:
1.     Ir. Soekarno (18 Agustus 1945 – 12 Maret 1967) Partai Nasionalis Indonesia dan Partindo
Soekarno pendiri Partai Nasionalis Indonesia mencuat melalui pidato-pidato politiknya melawan kolonialisme, tidak hanya terhadap pemerintah Belanda yang melainkan terhadap imperialisme di dunia. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Soekarno merangkul semua kekuatan partai besar yang menang pemilu 1955, melalui kultur politik demokratis dengan sistem multipartai. Pasca itu, sistem politik yang ada mulai terasa sentralistrik dan ini juga didukung oleh pribadinya yang kharismatik di mata publik.
2.    Jenderal Soeharto (12 Maret 1967 – 21 Mei 1998) ABRI/TNI
Mantan Panglima Angkatan Darat ini menjadi presiden karena penunjukan MPRS bukan melalui hasil pemilu oleh karena itu, Soeharto memanfaatkan sinergi  Angkatan Bersenjata dan Golongan Karya (Golkar) yang langsung menjadi pemenang pada 1971. Rekayasa demokrasi diciptakan sedangkan oposisi yang sebenarnya diberangus dan ditekan strategi pembangunan Lima Tahun (Pelita) mengubah wajah Negeri ini dari era sebelumnya. Oleh karena itu Seharto dikenal sebagai seorang developmentalis “Bapak Pembangunan”.
3.    Prof. Dr. Bj. Habibie (21 Mei 1998 – 19 Oktober 1999) Golongan Karya
Habibie lebih banyak berurusan dengan teknologi dan industri pesawat terbang kaum intelektual islam yang tengah mengalami kebangkitan di Indonesia menjadikan kekuatan yang dirangkulnya. Memprakarsai berdirinya Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan menjadi ketua umum tahun 1991-1999. Suasana politik yang sedang berubah cepat dalam era reformasi membuat Presiden Habibie yang berlatar belakang pendidikan Barat (Jerman) ini tidak berdaya untuk menjalankan visi politiknya.
4.    K.H Abdurrahman Wahid (20 Oktober 1999 – 23 Juli 2001) Partai Kebangkitan Bangsa
Presiden Abdurrahman Wahid terpilih secara demokratis. Beliau adalah ulama dari Tambak Beras Jombang yang didukung dari kalangan massa Nahdatul Ulama (NU) dan pernah mendirikan kelompok kerja Forum Demokrasi. Kelihatannya beliau ingin memperlihatkan sosoknya sebagai seorang demokrat sejati beliau merangkul semua kekuatan politik yang ada dengan diwujudkan dalam kabinet warna-warni namun, kabinet dari berbagai kekuatan politik ini tidak banyak melakukan sesuatu yang dapat memuaskan rakyat. Visi kerakyatan Abdurrahman Wahid dianggap tidak sesuai dengan tindakan dan sikapnya yang kontroversial tidak konsisten dan sulit untuk ditebak.  

5.    Megawati Soekarnoputri (23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Megawati merupakan sosok kharismatik dari kepemimpinannya di Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Peristiwa 27 Juli 1996 justru makin mempertegas popularitas Megawati di mata rakyat sebagai simbol perlawanan terhadap Orde Baru. Visi ekonomi dan politik yang ditampilkannya sering dijargonkan dengan berorientasi pada wong cilik namun, hasil jajak pendapat selama 21 bulan pemerintahannya menunjukkan penurunan keyakinan masyarakat terhadap kemampuan Megawati dalam mengatasi berbagai persoalan.
6.    Soesilo Bambang Yudhoyono (20 Oktober 2004 – 2009) Partai Demokrat
Soesilo Bambang Yudhoyono yang biasanya disebut SBY muncul sebagai presiden yang dipilih oleh rakyat secara langsung melalui pemilu yang demokratis. Berbagai tekanan dan hambatan dari partai-partai oposisi, dianggap sebagai tantangan yang harus dilalui dalam menjalani pemerintahannya. Dengan demikian, beliau harus mampu tampil sebagai sosok kharismatik bagi rakyat Indonesia.
Sumber: Drs. H. Suardi Abubakar dkk. Kewarganegaraan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar