Sejak awal kemerdekaan
telah tampil enam orang tokoh sebagai pemimpin nasional di Negeri tercinta ini
Indonesia. Masing-masing dengan latar belakang politik dan visinya diantara
keberhasilan dan kegagalan mereka wajah Negeri ini juga dipengaruhi oleh
kepemimpinan mereka diantaranya:
1.
Ir. Soekarno
(18 Agustus 1945 – 12 Maret 1967) Partai Nasionalis Indonesia dan Partindo
Soekarno pendiri Partai
Nasionalis Indonesia mencuat melalui pidato-pidato politiknya melawan
kolonialisme, tidak hanya terhadap pemerintah Belanda yang melainkan terhadap imperialisme
di dunia. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Soekarno merangkul semua kekuatan
partai besar yang menang pemilu 1955, melalui kultur politik demokratis dengan
sistem multipartai. Pasca itu, sistem politik yang ada mulai terasa
sentralistrik dan ini juga didukung oleh pribadinya yang kharismatik di mata publik.
2.
Jenderal
Soeharto (12 Maret 1967 – 21 Mei 1998) ABRI/TNI
Mantan Panglima
Angkatan Darat ini menjadi presiden karena penunjukan MPRS bukan melalui hasil
pemilu oleh karena itu, Soeharto memanfaatkan sinergi Angkatan Bersenjata dan Golongan Karya
(Golkar) yang langsung menjadi pemenang pada 1971. Rekayasa demokrasi
diciptakan sedangkan oposisi yang sebenarnya diberangus dan ditekan strategi pembangunan
Lima Tahun (Pelita) mengubah wajah Negeri ini dari era sebelumnya. Oleh karena
itu Seharto dikenal sebagai seorang developmentalis
“Bapak Pembangunan”.
3.
Prof. Dr.
Bj. Habibie (21 Mei 1998 – 19 Oktober 1999) Golongan Karya
Habibie lebih banyak
berurusan dengan teknologi dan industri pesawat terbang kaum intelektual islam
yang tengah mengalami kebangkitan di Indonesia menjadikan kekuatan yang
dirangkulnya. Memprakarsai berdirinya Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia
(ICMI) dan menjadi ketua umum tahun 1991-1999. Suasana politik yang sedang
berubah cepat dalam era reformasi membuat Presiden Habibie yang berlatar
belakang pendidikan Barat (Jerman) ini tidak berdaya untuk menjalankan visi
politiknya.
4.
K.H
Abdurrahman Wahid (20 Oktober 1999 – 23 Juli 2001) Partai Kebangkitan Bangsa
Presiden Abdurrahman
Wahid terpilih secara demokratis. Beliau adalah ulama dari Tambak Beras Jombang
yang didukung dari kalangan massa Nahdatul Ulama (NU) dan pernah mendirikan
kelompok kerja Forum Demokrasi. Kelihatannya beliau ingin memperlihatkan
sosoknya sebagai seorang demokrat sejati beliau merangkul semua kekuatan
politik yang ada dengan diwujudkan dalam kabinet warna-warni namun, kabinet dari berbagai kekuatan politik ini tidak
banyak melakukan sesuatu yang dapat memuaskan rakyat. Visi kerakyatan
Abdurrahman Wahid dianggap tidak sesuai dengan tindakan dan sikapnya yang kontroversial
tidak konsisten dan sulit untuk ditebak.
5.
Megawati
Soekarnoputri (23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Megawati merupakan
sosok kharismatik dari kepemimpinannya di Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Peristiwa 27 Juli 1996 justru makin mempertegas popularitas Megawati di mata
rakyat sebagai simbol perlawanan terhadap Orde Baru. Visi ekonomi dan politik
yang ditampilkannya sering dijargonkan dengan berorientasi pada wong cilik namun, hasil jajak pendapat
selama 21 bulan pemerintahannya menunjukkan penurunan keyakinan masyarakat
terhadap kemampuan Megawati dalam mengatasi berbagai persoalan.
6.
Soesilo
Bambang Yudhoyono (20 Oktober 2004 – 2009) Partai Demokrat
Soesilo Bambang
Yudhoyono yang biasanya disebut SBY muncul sebagai presiden yang dipilih oleh
rakyat secara langsung melalui pemilu yang demokratis. Berbagai tekanan dan
hambatan dari partai-partai oposisi, dianggap sebagai tantangan yang harus
dilalui dalam menjalani pemerintahannya. Dengan demikian, beliau harus mampu
tampil sebagai sosok kharismatik bagi rakyat Indonesia.
Sumber: Drs. H. Suardi Abubakar dkk. Kewarganegaraan
Sumber: Drs. H. Suardi Abubakar dkk. Kewarganegaraan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar